Allah Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah[9]: 100).
Dalam ayat ini Allah menyatakan keridhaan kepada para shahabat muhajirin dan Anshar. Dan orang-orang yang mengikuti mereka pun ikut mendapatkan keridhoan Allah.
Ibnu Jarir Ath Thobari dalam tafsirnya berkata:
وأما الذين اتبعوا المهاجرين الأولين والأنصار بإحسان, فهم الذين أسلموا لله إسلاَمهم، وسلكوا منهاجهم في الهجرة والنصرة وأعمال الخير
“Adapun orang-orang yang mengikuti Muhajirin dan Anshor yang pertama dengan ihsan adalah mereka yang masuk Islam karena Allah dan meniti manhaj mereka dalam hijrah, membela agama dan amal-amal kebaikan lainnya”.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyatakan bahwa mereka adalah generasi terbaik umat Islam. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونه
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para Sahabat), kemudian yang datang sesudah mereka (tabi’in), kemudian yang datang sesudah mereka (tabi’ut tabi’in)” (Mutafaqun ‘Alaih).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menjadikan mereka sebagai rujukan ketika terjadi perselisihan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة ، وإن كان عبدا حبشيا فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافا كثيرا ، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين ، فتمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
“Aku wasiatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan patuh (kepada pimpinan), meskipun ia seorang budak dari Habasyah (Ethiopia), karena sesungguhnya orang yang hidup diantara kamu sesudah aku akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang-teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa’ (pengikutku) yang mendapat petunjuk, berpegang-teguhlah kamu padanya dan gigitlah dengan geraham-geraham (mu), dan jauhilah hal-hal yang diada-adakan (dalam agama) karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi dan beliau berkata: hadits hasan shahih).
Perhatikanlah hadits ini, ketika Nabi mengabarkan akan munculnya perpecahan ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan: “bersatulah kalian!”. Tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan: peganglah sunnahku dan sunnah Khulafa Ar Rasyidin dan jauhi bid’ah. Dan Nabi shallallahu’ alaihi wasalam juga mengabarkan bahwa satu-satunya jalan keselamatan hanyalah jalan Rasulullah dan para sahabatnya. Beliau bersabda:
إن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة ، وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة ، قال من هي يا رسول الله ؟ قال : ما أنا عليه وأصحابي
“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah-belah menjadi 72 agama. Dan sesungguhnya umatku akan berpecah-belah menjadi 73 agama. Mereka semua di dalam neraka, kecuali satu agama. Mereka bertanya: “Siapakah mereka, wahai Rasululah?”. Beliau menjawab, “Siapa saja yang mengikutiku dan (mengikuti) sahabatku” (HR. At Tirmidzi, hasan).
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
وَ كَاَن اتِّبَاُعهُمْ أَْولَى بِنَا مِنَ اِّتَباِعَ مْنَ بعَْدُهْم
“Mengikuti mereka lebih layak untuk kita dari mengikuti orang-orang setelah mereka” (Al Madkhol Ilaa Sunanil Kubro, karya imam Al Baihaqi, no.20).
Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, ia berkata:
…عَلى أُُصْوُل الُّسَّنِةِ عْنَدنَا : الَّتمَُسّكُ بَِماَ كاَن عَلَْيهَِ أْصَحاُب رَُّسولِ اللهَِ واْلِإْقِتَداءُ بِهْم ,َ وتَْركُ الْبَِدِع , وَكُُّلِ بْدعٍّةَ ضلاَلٍة
“Pokok-pokok As Sunnah menurut kami adalah: berpegang kepada apa yang para sahabat Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam berada di atasnya, meneladani mereka, meninggalkan seluruh bid’ah. Dan seluruh bid’ah merupakan kesesatan…” (Riwayat Al Lalika’i dalam Al Muntaqa Min Syarh Ushulil I’tiqad Ahlis Sunnah Wal Jama’ah, hlm. 57-58).
Wallahu a’lam.